Salam dari senja
Dari ufuk yang meratap
Dipenghujung sore
Alam menangisi kepergiannya
Lihatlah badanku yang kurus ini
Tiada siapapun yang mau peduli
Semua yang melihatku acuh tak acuh
Seperti melihat setan yang melarikan diri
Aku begitu lelah dengan hidup ini
Aku begitu murung dengan penderitaan ini
Aku seperti sampah dalam beranda
Sampah, seperti sampah yang akan tidur dalam keranda
Ingatlah aku sobat
Ingatlah aku
Lupakan atau maafkan semua kesalahanku
Ini bukan akhirku, tetapi awal bagiku
Aku akan berhenti untuk sementara waktu
Atau, selamanya
Aku akan berhenti
Berkabung
Dalam jiwa murung
Kosong seperti omong
Aku masih berdiri disini
Dengan dua mata dan dua telinga
Namun harus tahu, keduanya itu perlahan tak berfungsi
Aku perlahan lenyap ditelan masa dan waktu yang terus berjalan
Aku masih seperti dulu
Dengan semangat dan impian yang sama
Sama seperti saat itu
Aku tak lelah menulis seperti ini,
Aku suka, aku senang, tapi aku malu
Dengan sampah-sampah ini
Dengan kata-kata yang membuat sakit hati
Aku cukupkan saja diakhir kata
“Aku masih percaya kau, bukan! Bukan kau. Tapi kau, yang akan hidup selamanya dalam setiap hati manusia. Ya. Itu TUHAN.” – Fajar Fitrianto dalam “Mereka Yang Kehilangan Masa Depan” (Limpakuwus, 1 Oktober 2018)
Hits: 1