Fasa pertama, aku bermula,
Menulis sajak panjang dengan irama.
Dan nada-nada tinggi terus beralih,
Memenuhi jiwa dan diri yang segera pulih,
Dari kenyataan, dari kehampaan,
Aku terdiam.
Fasa pertama aku bercerita,
Waktu itu pukul tujuh, sepi sedan menggangguku,
Raung relung dalam hati, bergolak, teriak, dan tersendak.
Melihatnya berdua duduk bersama, yang terkasih.
Membuat hatiku yang lemah kian terlatih,
Melihatnya berdua, bersama, cengkrama, bercinta.
Ah cukup sudah, biarkan hati ini patah,
Cukup sudah.
———–
Fasa pertama, kali kedua,
Aku menulis sajak untuk mengakhiri,
Jiwaku yang hampa yang perlahan mulai mati.
Lemah tergerogoti nafsu dan birahi,
Syahwat yang bergelora, kepuncak sinarnya.
Lemah terbujur kaku liku begitu,
Tanda aku berhenti datang dan kembali,
Untuk fasa pertamaku, seperti awal mula pada ceritaku.
– Fitrianto Fajar, Limpakuwus, 2 Mei 2011 (The First)
Hits: 0