Heyyo!!

Berjumpa lagi dengan saya Fajar Fitrianto yang pada kesempatan ini saya akan sedikit menguraikan tentang ‘Apa itu Bahasa?’.

Oke langsung saja….

APA ITU BAHASA?

Dalam buku ‘Linguistik Umum’ karya Abdul Chaer, diungkapkan bahwa   “bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer.” (Kridalaksana: 1983)

  1. Bahasa itu adalah sebuah sistem

Sistem berarti  susunan  teratur berpola  yang membentuk  suatu keseluruhan yang  bermakna  atau  berfungsi.  sistem  terbentuk  oleh  sejumlah  unsur  yang  satu dan  yang  lain  berhubungan  secara  fungsional.  Bahasa  terdiri  dari  unsur-unsur yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu dan membentuk satu kesatuan.

 

Sebagai sebuah sistem,bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya  bahasa  itu  tersusun  menurut  suatu  pola,  tidak  tersusun  secara  acak. Sistemis  artinya  bahasa  itu  bukan merupakan  sistem  tunggal,  tetapi  terdiri  dari sub-subsistem  atau  sistem  bawahan  (dikenal  dengan  nama  tataran  linguistik). Tataran linguistik terdiri dari tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, tataran  semantik, dan  tataran  leksikon.

 

  1. Bahasa itu berwujud lambang

Lambang dengan berbagai seluk beluknya dikaji orang dalam bidang kajian ilmu  semiotika,  yaitu  ilmu  yang  mempelajari  tanda-tanda  yang  ada  dalam kehidupan  manusia.  Dalam  semiotika  dibedakan  adanya  beberapa  tanda  yaitu: tanda  (sign),  lambang  (simbol),  sinyal  (signal),  gejala  (sympton),  gerak  isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon.

 

Lambang  bersifat  arbitrer,  artinya  tidak  ada  hubungan  langsung  yang  bersifat wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya. [Lampiran https://s.id/7U2Pu]

 

  1. Bahasa itu berupa bunyi

Menurut Kridalaksana  (1983) bunyi  adalah kesan pada pusat  saraf  sebagai akibat  dari  getaran  gendang  telinga  yang  bereaksi  karena  perubahan  dalam tekanan  udara.  Bunyi  bahasa  adalah  bunyi  yang  dihasilkan  alat  ucap  manusia. Tetapi  juga  tidak  semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia  termasuk bunyi bahasa.

 

  1. Bahasa itu bersifat arbitrer

Kata  arbitrer  bisa  diartikan  ’sewenang-wenang,  berubah-ubah,  tidak  tetap, mana  suka’.  Yang  dimaksud  dengan  istilah  arbitrer  itu  adalah  tidak  adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau  pengertian  yang  dimaksud  oleh  lambang  tersebut.  Ferdinant  de  Saussure (1966:  67)  dalam  dikotominya membedakan  apa  yang  dimaksud  signifiant  dan signifie.  Signifiant  (penanda)  adalah  lambang  bunyi  itu,  sedangkan  signifie (petanda) adalah konsep yang dikandung signifiant.

 

Bolinger (1975: 22) mengatakan: Seandainya ada hubungan antara lambang dengan  yang  dilambangkannya  itu,  maka  seseorang  yang  tidak  tahu  bahasa tertentu akan dapat menebak makna  sebuah kata apabila dia mendengar kata  itu diucapkan. Kenyataannya, kita tidak bisa menebak makna sebuah kata dari bahasa apapun  (termasuk  bahasa  sendiri)  yang  belum  pernah  kita  dengar,  karena  bunyi kata  tersebut  tidak memberi  ”saran”  atau  ”petunjuk”  apapun  untuk mengetahui maknanya.

 

Selain empat poin diatas, Bahasa itu:

 

  1. Bahasa itu bermakna

Salah  satu  sifat  hakiki  dari  bahasa  adalah  bahasa  itu  berwujud  lambang. Sebagai  lambang,  bahasa melambangkan  suatu  pengertian,  suatu  konsep,  suatu  ide,  atau  suatu  pikiran  yang  ingin  disampaikan  dalam  wujud  bunyi  itu. Maka, dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyi makna. Karena bahasa itu bermakna, maka segala ucapan yang tidak mempunyai makna dapat disebut bukan bahasa. [Lampiran https://s.id/7U2Pu]

 

  1. Bahasa itu bersifat konvensional

Meskipun  hubungan  antara  lambang  bunyi  dengan  yang  dilambangkannya bersifat arbitrer,  tetapi penggunaan  lambang  tersebut untuk suatu konsep  tertentu bersifat  konvensional. Artinya,  semua  anggota masyarakat  bahasa  itu mematuhi konvensi  bahwa  lambang  tertentu  itu  digunakan  untuk  mewakili  konsep  yang diwakilinya.  Misalnya,  binatang  berkaki  empat  yang  biasa  dikendarai, dilambangkan dengan bunyi  [kuda], maka anggota masyarakat bahasa  Indonesia harus mematuhinya. Kalau tidak dipatuhinya dan digantikan dengan lambang lain, maka komunikasi akan terhambat.

 

  1. Bahasa itu bersifat unik

Bahasa dikatakan bersifat unik, artinya  setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri  yang  tidak  dimiliki  oleh  bahasa  lainnya.  Ciri  khas  ini  bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem lainnya.

 

  1. Bahasa itu bersifat universal

Selain  bersifat  unik,  bahasa  juga  bersifat  universal.  Artinya,  ada  ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia  ini. Misalnya, ciri universal bahasa  yang paling umum  adalah bahwa bahasa  itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan.

 

  1. Bahasa itu bersifat produktif

Bahasa bersifat produktif, artinya meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa  yang  tidak  terbatas,  meski  secara  relatif,  sesuai  dengan  sistem  yang berlaku dalam bahasa itu. Misalnya, kita ambil fonem dalam bahasa Indonesia, /a/, /i/,  /k/,  dan  /t/.  Dari  empat  fonem  tersebut  dapat  kita  hasilkan  satuan-satuan bahasa:

/i/-/k/-/a/-/t/

/k/-/i/-/t/-/a/

/k/-/i/-/a/-/t/

/k/-/a/-/i/-/t/

 

  1. Bahasa itu bervariasi

Anggota  masyarakat  suatu  bahasa  biasanya  terdiri  dari  berbagai  orang dengan berbagai status sosial dan latar belakang budaya yang tidak sama. Karena perbedaan  tersebut  maka  bahasa  yang  digunakan  menjadi  bervariasi.  Ada  tiga istilah dalam variasi bahasa yaitu:

  • Idiolek: Ragam bahasa yang bersifat perorangan.
  • Dialek: Variasi bahasa  yang  digunakan  oleh  sekelompok  anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu.
  • Ragam: Variasi  bahasa  yang  digunakan  dalam  situasi  Misalnya, ragam baku dan ragam tidak baku.

 

  1. Bahasa itu bersifat dinamis

Bahasa tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan  manusia  itu  sebagai  makhluk  yang  berbudaya  dan  bermasyarakat. Karena keterikatan dan keterkaitan bahasa  itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya  di  dalam  masyarakat  kegiatan manusia  itu  selalu  berubah, maka bahasa menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi dinamis. Perubahan itu dapat berupa pemunculan kata atau istilah baru, peralihan makna sebuah kata, dan perubahan-perubahan lainnya.

 

  1. Bahasa itu manusiawi

Alat  komunikasi  manusia  berbeda  dengan  binatang.  Alat  komunikasi binatang bersifat  tetap,  statis. Sedangkan  alat komunikasi manusia,  yaitu bahasa bersifat  produktif  dan  dinamis.  Maka,  bahasa  bersifat  manusiawi,  dalam  arti bahasa itu hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.

 

Jadi….. apa hayo?

 

Jadi secara sederhananya bahasa diartikan sebagai sebuah ucapan (bunyi) yang mewakili sesuatu yang dilambangkannya. Bahasa bersifat mana suka namun harus bermakna. Meskipun suatu ucapan (bunyi) memiliki makna, namun harus digunakan oleh seluruh anggota komunitas kebudayaan. Bahasa harus bersifat unik namun memiliki komponen yang universal. Bahasa produktif, bervariasi, dan dinamis maksudnya bahasa terus berkembang meskipun unsur-unsur suatu bahasa terbatas. Terakhir, bahasa hanya dituturkan oilweh manusia.

 

 

Bagaimana? Paham?

Saya anggap kalian paham (kalau gak paham ulangi baca yah!). Selanjutnya adalah ilmu bahasa.

 

Ilmu yang mempelajari dan mengkaji bahasa kita kenal sebagai ‘Linguistik’. Linguistik berasal  dari  bahasa  latin  lingua  yang  berarti  ’bahasa’. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Ilmu  linguistik  tidak  hanya  mengkaji  sebuah  bahasa  saja,  melainkan mengkaji  seluk  beluk  bahasa  pada  umumnya,  yang  dalam  peristilahan  Perancis disebut langage. Pakar linguistik disebut linguis.

 

Dalam dunia keilmuan,  tidak hanya  linguistik saja yang mengambil bahasa sebagai  objek  kajiannya.  Ilmu  atau  disiplin  lain  yang  juga  mengkaji  bahasa diantaranya:  ilmu  susastra,  ilmu  sosial  (sosiologi),  psikologi,  dan  fisika.  Yang membedakan  linguistik  dengan  ilmu-ilmu  tersebut  adalah  pendekatan  terhadap objek kajiannya yaitu bahasa. Ilmu susastra mendekati bahasa sebagai wadah seni. Ilmu  sosial  mendekati  dan  memandang  bahasa  sebagai  alat  interaksi  sosial  di dalam masyarakat. Psikologi mendekati dan memandang bahasa sebagai pelahiran kejiwaan.  Fisika  mendekati  dan  memandang  bahasa  sebagai  fenomena  alam. Sedangkan  linguistik  mendekati  dan  memandang  bahasa  sebagai  bahasa  atau wujud bahasa itu sendiri.

 

Berdasarkan  objek  kajiannya,  apakah  bahasa  pada  umumnya  atau  bahasa tertentu linguistik dapat dibedakan menjadi linguistik mikro (mikrolinguistik) dan linguistik makro (makrolinguistik). Linguistik mikro mengarahkan kajiannya pada struktur internal bahasa. Dalam linguistik mikro ada beberapa subdisiplin yaitu:

  • Fonologi : menyelidiki tentang  bunyi bahasa
  • Morfologi   : menyelidiki tentang morfem
  • Sintaksis : menyelidiki tentang satuan-satuan kata
  • Semantik : menyelidiki makna bahasa
  • Leksikologi : menyelidiki leksikon atau kosakata

 

Linguistik makro menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor di luar bahasa. Subdisiplin-subdisiplin linguistik makro antara lain:

 

  • Sosiolinguistik : mempelajari  bahasa  dalam  hubungan  pemakaian  di masyarakat.
  • Psikolinguistik : mempelajari  hubungan  bahasa  dengan  perilaku  dan akal budi manusia.
  • Antropolinguistik : mempelajari hubungan bahasa dengan budaya.
  • Filsafat bahasa : mempelajari kodrat hakiki dan kedudukan bahasa  sebagai kegiatan manusia.
  • Stilistika : mempelajari bahasa dalam karya sastra.
  • Filologi : mempelajari  bahasa,  kebudayaan,  pranata,  dan  sejarah suatu bangsa sebagaimana terdapat dalam bahan tertulis.
  • Dialektologi : mempelajari  batas-batas  dialek  dan  bahasa  dalam  suatu wilayah.

 

Jadi….?

Apa lagi hayo?

Kesimpulannya adalah linguistik merupakan salah satu ilmu yang mempelajari dan mengkaji tentang seluk beluk bahasa. Selain linguistik, ada ilmu lain yang turut mengkaji bahasa yakni: psikologi (pelahir kejiwaan), sosiologi (alat interaksi sosial), fisika (fenomena alam), dan susastra (bahasa sebagai seni). Kajian lingusitik berdasarkan objeknya dibagi menjadi dua, yakni: linguistik mikro: fonologi, morgologi, sintaksis, semantik, dan leksikologi; linguistik makro: sosiolingustik, psikolinguistik, antropolinguistik, filsafat bahasa, stilistika, filologi, dan dialektologi.

 

Sekian dulu untuk pembahasan mengenai bahasa pada kesempatan ini. Sebelum tulisan ini berakhir, perlu diingatkan bahwa tulisan ini merupakan rangkuman dari buku “Linguistik Umum” Bab 1 dan Bab 2 karya Drs. Abdul Chaer.

 

 

REFERENSI:

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Hits: 5

News Reporter