
“Tsunami selalu ditandai dengan datangnya gempa besar. Tsunami yang terjadi di Palu bahkan didahului oleh likuifikasi,” ujar Herry dalam Public Lecture “Assesing Earthquake/ Tsunami Hazards” kerjasama LIPI denganAustralia National University (ANU) di Jakarta, Senin (11/11).
Prof. Phil Cummins, geofisikawan ANU memaparkan risiko bencana dapat dipengaruhi oleh beberapa hal dalam masyarakat, diantaranya adalah populasi dan tingkat ekonomi masyarakat. Ia menuturkan di Indonesia, peningkatan populasi terjadi secara masif pada akhir abad ke-20 di Jawa yang merupakan daerah rawan gempa. “Saat terjadi bencana alam gempa, jumlah korban jiwa juga akan tinggi karena tingginya populasi di Pulau Jawa,” ujar Phil.
Phil menambahkan tingkat ekonomi di suatu daerah juga memiliki hubungan dengan dampak gencana. “Tingkat kemiskinan juga berpengaruh karena banyaknya bangunan bermaterial rendah, ditambah dengan pengetahuan masyarakat yang rendah, dapat memperbesar dampak resiko bencana,” tambah Phil.
Pertemuan tersebut menghasilkan kesimpulan masyarakat daerah rawan bencana seharusnya memiliki pengetahuan yang cukup mengenai dampak terjadinya gempa bumi dan mengubah persepsi publik tentang potensi gempa. Selain itu, perlu adanya regulasi terkait dengan penerapan kode bangunan tahan gempa juga peningkatan kesejahteraan. “Karena masyarakat yang sejahtera memiliki kemampuan untuk berinvestasi dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana,” tutup Phil. (dsa, san/ed:sr)
Sumber: http://lipi.go.id/berita/Bagaimana-Hidup-di-Daerah-Rawan-Bencana/21854
Hits: 19